Perjuangan Revolusioner

Popular Posts

Cari Blog Ini

POLEWALI MANDAR

Written By Unknown on Kamis, 28 Agustus 2014 | 14.41


Republik Indonesia membentuk kepulauan yang meliputi tiga zona waktu antara India dan Samudera Pasifik. Merupakan negara keempat dengan populasi ternesar di dunia, dan diperkirakan populasi pada tahun 2010 adalah 237,6 juta jiwa. Indonesia merupakan negara dengan berbagai macam etnik, sekitar 300 kelompok etnik dari 17.508 pulau, dan diperkirakan sepuluh pulau dengan populasi terbanyak. Indonesia memiliki  31 provinsi (dan dua daerah istimewa) dengan berbagai tingkatan ekonomi. Pada tahun 2005, Bank Dunia menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat pendapatan menengah ke bawah.
Dari keberagaman sosial tersebut, analisis situasi bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengeksplorasi data yang tersedia  sesuai dengan kecenderungan dan pola dari masalah kesehatan utama yang mempengaruhi ibu dan anak di Indonesia, khususnya di Polman, Sulawesi Barat. Analisis situasi juga bertujuan untuk mengeksplorasi inisiatif kebijakan, inovasi, dan tantangan dalam menanggapi permasalahan dalam desentralisasi dalam struktur pemerintahan Indonesia. Analisis situasi dan rekomendasinya sebaiknya difungsikan sebagai alat kebijakan, program dan fungsi advokasi untuk pembuat kebijakan dan praktisi, lokal, nasional, dan internasional.
Situasi ibu dan anak di Indonesia telah mengalami kemajuan, dan pada beberapa indikator, Indonesia telah berada di jalur untuk mencapai MDGs 2015. Sebagai contoh, Indonesia telah berusaha dengan baik untuk mencapai pendidikan dasar dan tantangan yang tersisa serakang adalah bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk indikator lain seperti rasio angka kematian ibu, pemerintah harus bekerja lebih keras.
Provinsi Sulawesi Barat terdiri atas lima Kabupaten, yaitu KabupatenMamuju, Kabupaten Mamasa, Kabupaten Majene, Kabupaten PolewaliMandar, dan Kabupaten Mamuju Utara. Faktor yang paling berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan di Sulawesi Barat adalahmasih banyaknya daerah yang sulit dijangkau yang disebabkan oleh medanyang berat yang diantarai oleh daerah sungai danhanya bisa dilalui denganmengendarai kuda, disamping itu masih terdapat sekelompok masyarakatterasing yang masih menutup diri dari kemajuan ilmu dan pengetahuan.
Di Kabupaten Polewali Mandar sendiri, permasalahan di bidang kesehatan ibu dari Hasil Data Sektor MDGs Tahun 2008 ditunjukkan dengan; tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 17 orang dan dari Hasil Survei MDGs Kecamatan Tahun 2007 ditunjukkan dengan; persentase kunjungan K4 sebesar 59,10%, persentase pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan terlatih sebesar 31,98%. Angka pemakaian alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) usia 15-49 tahun sebesar 54,32%, cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani sebesar 72,25%, cakupan pelayanan nifas sebesar 70,84% yang diperoleh dari Hasil Data Sektoral MDGs Tahun 2008.
Permasalahan kesehatan dan gizi tersebut pada dasarnya terkait dengan isu-isu utama sebagai berikut: (1) akses dan kualitas pelayanan kesehatan kurang memadai karena kendala jarak, biaya, dan kondisi fasilitas pelayanan kesehatan; (2) rendahnya tingkat keberlanjutan pelayanan kesehatan (continuum of care) pada ibu dan anak, khusunya pada penduduk miskin; (3) kurangnya jumlah, jenis, dan mutu tenaga kesehatan, serta penyebarannya yang kurang merata; (4) jaminan pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin belum sepenuhnya dapat meningkatkan status kesehatan penduduk miskin; (5) promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan belum digarap dengan optimal.
Makalah ini berisi telaah analisis sebab-akibat yang bertujuan untuk memahami permasalahan dengan mengetahui penyebab langsung, penyebab tidak langsung, dan akar masalah keadaan ibu dan anak di Kabupaten Polman Sulbar.

B.        Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk menganalisis situasi ibu dan anak di Kabupaten Polman Sulbar, yang terdiri atas analisis sebab-akibat yang bertujuan untuk memahami permasalahan dengan mengetahui penyebab langsung, penyebab tidak langsung, dan akar masalah keadaan ibu dan anak.

















BAB II
PEMBAHASAN

A.        Gambaran Umum Daerah
Kabupaten Polewali Mandar terletak antara 304’10’’-3032’00” Lintang Selatan dan 118040’27”-119029’41’’ Bujur Timur, dengan batas-batas administrasi sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Mamasa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pinrang, sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Selat Makassar dan Kabupaten Majene.
Kabupaten Polewali Mandar dengan luas wilayah 2.022,30 km2 menaungi 16 kecamatan dengan 144 desa, 23 kelurahan, dan 706 dusun/lingkungan. Dari 16 kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar, kecamatan yang memiliki desa/kel terbanyak terdapat di kecamatan Campalagian, yakni 18 desa/kel dan kecamatan dengan desa/kel paling sedikit adalah Kecamatan Anreapi, yakni sebanyak 5 desa/kel. Diantara 16 kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar, ibukota kecamatan yang letaknya terjauh dari ibukota kabupaten adalah ibukota Kecamatan Tubbi Taramannu, yaitu sejauh 172 KM sementara Kecamatan Polewali adalah ibukota kabupaten.

Tabel 1. Banyaknya Desa, Kelurahan, Dusun/Lingkungan dirinci per Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2009


Kondisi iklim Kabupaten Polewali Mandar berdasarkan data tahun 2008 tercatat bahwa suhu udara maksimum rata-rata pada siang hari mencapai 320C dan suhu minimum rata-rata pada alam hari berkisar 250C. Jumlah curah hujan sepanjang tahun 2008 adalah 1.811 mm atau sebanyak 169 hari, curah hujan terbesar terjadi dari bulan Desember hingga Juni.

B.        Demografi
-       Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin
Pada tahun 2009, jumlah penduduk Kabupaten Polewali Mandar sebesar 373.263 jiwa tersebar di 16 kecamatan dengan perkiraan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,50 persen. Penduduk ini terdiri dari 181.660 laki-laki dan 191.603 perempuan. Rasio jenis kelamin pada tahun 2009 sebesar 95, yang artinya bahwa dari 100 perempuan terdapat 95 laki-laki. Kepadatan penduduk sebesar 185 jiwa/km2.
Dengan laju pertumbuhan 0,50 persen, jumlah rumah tangga di Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2009 diperkirakan sebanyak 80.162 rumah tangga. Sementara itu, rata-rata jumlah anggota rumah tangga pada tahun 2009 diperkirakan sebesar 5 jiwa per rumah tangga.
Tabel 2. Karakteristik Penduduk di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2009

Untuk mengetahui struktur atau susunan penduduk di Kabupaten Polewali Mandar dapat dilihat dari komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Berdasarkan piramida penduduk pada Grafik 1, struktur penduduk Kabupaten Polewali Mandar tergolong penduduk muda. Persentase penduduk umur muda relatif lebih banyak daripada penduduk umur tua.






Grafik 1. Piramida Pendidik Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2009

Dari piramida penduduk diatas terlihat bahwa kelompok umur terbesar berada pada kelompok umur 5-9 tahun, yaitu sebanyak 44.962 jiwa, yang terdiri dari 23.673 laki-laki dan 21.289 perempuan. Sedangkan kelompok umur terkecil berada pada kelompok umur 75 tahun keatas. yaitu sebanyak 5.184 jiwa, yang terdiri dari 2.222 laki-laki dan 2.962 perempuan.

-       Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Letak dan kondisi geografis tiap kabupaten di Propinsi Sulawesi Baratbervariasi menyebabkan penyebaran penduduk di Propinsi Sulawesi Barattidak merata. Kepadatan penduduk tertinggi di kabupaten Polewali Mandardibandingkan kabupaten yang lainnya. Sedangkan kepadatan pendudukterrendah di Kabupaten Mamuju Utara. Kepadatan penduduk di KabupatenPolewali Mandar tinggi karena kondisi geografis baik dibandingkan dengankabupaten lainnya. Di Kabupaten Mamuju Utara kepadatannya rendah karenajauh dari ibukota propinsi Sulawesi Barat dan kondisi geografis yang kurangbaik. Pola persebaran penduduk yang tidak merata kurang menguntungkanbagi pengembangan daerah terutama akan menimbulkan kesenjangan antardaerah juga berpengaruh terhadap daya akses pelayanan kesehatan yang ada.Kepadatan penduduk juga berpengaruh terhadap kerentanan terhadappenyakit yang berkaitan dengan lingkungan. Kondisi lingkungan yang padatmenyebabkan penghuni pemukiman tersebut menjadi rentan terhadappenyakit yang berkaitan dengan lingkungan.
Persebaran dan kepadatanpenduduk dapat dilihat pada tabel berikut ini:





Tabel 3. Persebaran dan Kepadaran Penduduk Tiap Kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2007


-       Status Perkawinan
Status perkawinan masyarakat sangat berhubungan dengan tingkat sosialekonomi masyarakat, tingkat pendidikan dan adat istiadat. Semakin tinggitingkat pendidikan semakin matang dalam pemikiran perkawinan. Denganbekerja kecenderungan untuk mempersiapkan perkawinan semakinmembutuhkan waktu dan materi sehingga niat untuk melangsungkanperkawinan menjadi tidak terburu – buru.

Tabel 4. Persentase Penduduk 10 Tahun Ke atas Menurut Status Perkawinan di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2007



-       Keadaan pendidikan
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat kemampuansumber daya manusia adalah tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan.Gambaran tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Propinsi SulawesiBarat seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Persentase Penduduk 10 Tahun Ke atas menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi per Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007
                                                                                                                        
Indikator dasar untuk melihat keberhasilan program pembangunan dibidang pendidikan adalah kemampuan membaca dan menulis di kalanganpenduduk berusia 10 tahun keatas. Kemampuan baca dan tulis jugaberhubungan erat dengan tingkat penyerapan pengetahuan sehingga tingkatperubahan perilaku akan lebih mudah di intervensi apabila tingkatpengetahuan masyarakat baik. Secara rinci angka melek huruf pendudukberusia 10 tahun keatas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 6. Angka Melek Huruf Penduduk 10 Tahun Ke atas di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007


C.        Sumber Daya Daerah di Bidang Kesehatan
Pembangunan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka akan meningkatkan kesejahteraan rakyat secara langsung. Upaya pemerintah daerah dalam menyediakan fasilitas kesehatan terutama puskesmas pembantu terus mengalami peningkatan. Tenaga kesehatan seperti dokter dan bidan merupakan sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan. Berdasarkan data kesehatan di Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2008 ada 32 orang dokter umum, 9 orang dokter gigi, 10 orang dokter ahli, dan 110 orang bidan.
Sampai tahun 2008 Kabupaten Polewali Mandar memiliki 2 rumah sakit, yakni Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit ABRI. Sedangkan jumlah puskesmas sebanyak 19 unit, bertambah 1 unit dari tahun sebelumnya.

D.        Profil Ibu dan Anak
-       Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka kematian ibu di Propinsi Sulawesi Barat pada tahun2007 sebesar 32,97 per 10.000 kelahiran hidup mengalami penurunanbila dibandingkan dengan angka kematian ibu di Provinsi SulawesiBarat tahun 2006 sebesar 39,45 per 10.000 kelahiran hidup. Jikamelihat dari jumlah kematian bayi ditahun 2006 sebesar 63 orang danditahun 2007 sebesar 64 orang memang mengalami peningkatan tetapiditahun 2006 jumlah kelahiran hidup lebih kecil dibandingkan ditahun2007 sehingga angka kematian ibu ditahun 2006 lebih besardibandingkan angka kematian ibu ditahun 2007. Secara rinci dapatdilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7. Jumlah Kematian Ibu di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 dan 2007

Berdasarkan tabel di atas, jumlah Kematian ibu di Kab. Polewali Mandar tahun 2006 sebanyak 22 kematian dan pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 15 kematian. Bila dibandingkan dengan standar Nasional (MDGs) yaitu 250 per 100.000 kelahiran hidup dikali dengan kelahiran hidup tahun 2007 di Polewali Mandar sebesar 7.420 maka diperoleh jumlah batasan sebesar 19, Namun demikian target ini harus diturunkan sampai ¾-nya ditahun 2015, jadi posisi normalnya adalah hanya sekitar 5 kematian ibu. Posisi kematian di Polewali Mandar sebanyak yang hanya 15 kematian masih terlalu tinggi dibandingkan dengan batasan Target MDGs.
-       Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka kematian bayi berhubungan dengan status gizi, perilaku,lingkungan dan pelayanan kesehatan yang ada. Kematian bayi jugaberhubungan dengan infeksi penyakit menular sehingga tingginya angkakematian bayi intervensi dari upaya untuk menurunkannyamempertimbangkan faktor risiko yang ada. Kelemahan sekarang adalahdata yang menyatakan angka kematian bayi adalah merupakandata fasility based bukan comunity based karena masih terbatas berasaldari fasilitas kesehatan dan itupun terbatas berasal dari laporanprogram KIA yang ada di Puskesmas.
Angka kematian bayi di Propinsi Sulawesi Barat tahun 2007sebesar 10,8 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalamipenurunan dibandingkan dengan angka kematian bayi pada tahun2006 yaitu sebesar 14,2 per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah kematianbayi di Propinsi Sulawesi Barat mengalami penurunan di tahun 2007dibandingkan di tahun 2006, tetapi jika ditinjau dari masing-masingkabupaten, hanya Kabupaten Polewali Mandar dan KabupatenMamuju Utara yang mengalami penurunan jumlah kematian bayi, sedangkan untuk Kabupaten Mamasa, Kabupaten Majene, danKabupaten Mamuju mengalami peningkatan.

Tabel 8. Jumlah Kematian Bayi di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 dan 2007.






Grafik 2. Jumlah Kematian Bayi di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 dan 2007

Berdasarkan batasan Capaian Indikator MDGs Angka Kematian Bayi diharapkan berada dibawah 35 per 1000 kelahiran hidup. Dengan jumlah kematian di Kab. Polewali Mandar ditahun 2007 sebanyak 47 dibagi dengan jumlah kelahiran hidup 7.420di kali 1000 maka diperoleh 6 kematian, masih berada jauh dibawah standar MDGs.

-       Angka Kematian Balita
Angka kematian balita di Propinsi Sulawesi Barat tahun 2007sebesar 6,4 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalamipeningkatan dibandingkan dengan angka kematian balita pada tahun2006 yaitu sebesar 3,3 per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah kematianbalita pada tahun 2007 tertinggi terjadi di Kabupaten Polewali Mandar,sebanyak 52 balita. Sedangkan jumlah kematian balita terrendah padatahun 2007 di Kabupaten Mamasa sebanyak 5 balita.Kasus kematian Balita berhubungan erat dengan kondisilingkungan, perilaku, infeksi penyakit, status gizi dan imunitas sertamutu dari pelayanan kesehatan. Format pelaporan program KIA yangselama ini digunakan tidak bisa mengakomodasi jumlah kematian balitayang ada di wilayah kerja Puskesmas sehingga data kematian balita (1 –4 th) tidak bisa diketahui.
Tabel 9. Jumlah Kematian Balita di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 dan 2007
Grafik 3. Jumlah Kematian Balita di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 dan 2007

-       Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinandapat dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga profesional (dokterspesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan, danperawat bidan) dan dukun bayi (dukun bayi terlatih dan tidakterlatih). Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan(profesional, tidak termasuk oleh dukun bayi meskipun terlatih dandidampingi oleh bidan) Propinsi Sulawesi Barat pada tahun 2006sebesar 68,64%. Dari 19.111 jumlah ibu bersalin, ada sebanyak 13.117ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Sedangkan untuktahun 2007 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatanmeningkat dibandingkan cakupan pertolongan persalinan olehtenaga kesehatan ditahun 2006. Dari 22.404 jumlah ibu bersalinterdapat 16.500 ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatanatau sebesar 73,65%.

Tabel 10. Cakupan Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 dan 2007



Grafik 4. Cakupan Pertolongan Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 dan 2007

-       Penanganan Kasus Bayi dengan BBLR
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir denganberat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR bisakarena ibu hamil anemia, kurang suplai gizi waktu dalamkandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir denganberat badan rendah perlu penanganan yang serius karena padakondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi yangbiasanya akan menjadi penyebab kematian.Jumlah BBLR di Propinsi Sulawesi Barat tahun 2006 sebesar248 bayi dari 15.847 kelahiran hidup atau sebesar 1,56%. Persentasebayi BBLR yang ditangani di Sulawesi Barat tahun 2006 sebesar70,56% atau sebanyak 175 bayi. Sedangkan jumlah BBLR di PropinsiSulawesi Barat tahun 2007 sebesar 445 bayi dari 18.970 kelahiranhidup atau sebesar 2,35% mengalami peningkatan bila dibandingkanjumlah BBLR pada tahun 2006. Persentase bayi BBLR yang ditanganidi Sulawesi Barat tahun 2007 sebesar 70,34% atau sebanyak 313bayi lebih kecil bila dibandingkan persentase bayi BBLR yangditangani di tahun 2006.

Tabel 10. Cakupan Kunjungan Bayi BBLR yang Ditangani di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 dan 2007
-       Kunjungan Antenatal
Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melaluipelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses danpelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empatkali (K4) dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali padatriwulan dua, dan dua kali pada triwulan ketiga. Pelayanan yangdiberikan oleh petugas kesehatan pada ibu hamil yang berkunjunganke tempat pelayanan kesehatan meliputi Penimbangan berat badan,Pemeriksaan kehamilannya, Pemberian tablet besi, Pemberianimunisasi TT dan konsultasi. Cakupan kunjungan ibu hamil K4Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2006 adalah 60,56% sedangkancakupan kunjungan ibu hamil K4 Provinsi Sulawesi Barat pada tahun2007 adalah 67,15% mengalami peningkatan bila dibandingkandengan cakupan kunjungan ibu hamil K4 di tahun 2006.

Tabel 11. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 dan 2007

-       Kunjungan Neonatus
Cakupan kunjungan neonatus di Propinsi Sulawesi Barat padatahun 2006 sebesar 98,63%, sedangkan cakupan kunjunganneonatus di Propinsi Sulawesi Barat pada tahun 2007 sebesar82,28% mengalami penurunan bila dibandingkan dengan cakupankunjungan neonatus pada tahun 2006.
Tabel 12. Cakupan Kunjungan Neonatus di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 dan 2007
-       Status Gizi Balita
Perkembangan keadaan gizi masyarakat yang dapat dipantauberdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan (RR) program perbaikangizi masyarakat yang tercermin dalam hasil penimbangan balita setiapbulan di posyandu. Keadaan status gizi masyarakat di Propinsi SulawesiBarat pada tahun 2006 menunjukkan jumlah balita yang ada sebanyak96.447 balita dari jumlah tersebut jumlah balita yang datang danditimbang di posyandu sebanyak 51.127 balita dengan rincian jumlahbalita yang naik berat badannya sebanyak 34.305 balita dan balitayang berada di bawah garis merah (BGM) sebanyak 2.153 balita.Sedangkan pada tahun 2007 jumlah balita yang ada sebanyak 136.430balita dari jumlah tersebut jumlah balita yang datang dan ditimbang diposyandu sebanyak 67.120 balita dengan rincian jumlah balita yangnaik berat badannya sebanyak 47.451 balita dan balita yang berada dibawah garis merah (BGM) sebanyak 3.416 balita. Data tersebutmenunjukkan bahwa di Propinsi Sulawesi Barat masih banyakditemukan balita dengan berat badannya berada di bawah standar(BGM).
Tabel 13. Status Gizi Balita di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 dan 2007

Grafik 5. Status Gizi Balita di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 dan Tahun 2007

Kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi balita gizi burukdisebabkan antara lain oleh semakin memburuknya keadaan ekonomikeluarga yang berdampak terhadap kecukupan pangan di tingkatkeluarga yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti kenaikkan BBMyang beberapa tahun terakhir ini terus terjadi, lapangan pekerjaan yangsemakin sulit serta jumlah penduduk yang terus meningkat yang secaratidak langsung sangat terkait dengan timbulnya kasus gizi buruk.Disamping itu, juga berkaitan dengan upaya penggalakan penjaringankasus gizi melalui sosialisasi yang dilakukan oleh berbagai elemenmasyarakat termasuk media masa dan lembaga swadaya masyarakattermasuk PKK.
-       Kunjungan Bayi (1-12 bulan)
Kunjungan bayi yang dimaksudkan adalah bayi yangmemperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenagakesehatan, paling sedikit 4 kali. Cakupan kunjungan bayi tingkatPropinsi Sulawesi Barat pada tahun 2007 sebesar 93,65%mengalami peningkatan dibandingkan cakupan kunjungan bayitingkat Propinsi Sulawesi Barat pada tahun 2006 yang hanyamencapai 43,99%.
Persentase Cakupan kunjungan bayi di kab. Polewali Mandar pada tahun 2007 sebesar 96,6 % dan pada tahun 2008 sedikit turun menjadi 94,60%, serta pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 79.19%. Hal ini bila diasumsikan bahwa dalam setiap 100 Bayi usia dibawah 1 tahun hanya terdapat 10-20 bayi yang belum mendapatkan kunjungan untuk mendapatkan pelayanan sesuai standar. Cakupan tersebut sudah mencapai Target SPM yakni 90 %.
-       ASI Eksklusif
ASI (Air Susu Ibu) merupakan salah satu makanan yangsempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur giziyang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembanganbayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yangoptimal. Oleh sebab itu, pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusifsampai umur 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anakberumur 2 (dua) tahun. Namun demikian, kendala yang dihadapiselama ini adalah kesulitan dalam upaya pemantauan pemberian ASIeksklusif karena belum mempunyai sistem yang dapat diandalkan.Untuk mengetahui tingkat pencapaian dalam pemberian ASI eksklusifdilakukan melalui laporan dari puskesmas yang diperoleh dariwawancara pada waktu kunjungan bayi di Puskesmas.Pada tahun 2007 di Propinsi Sulawesi Barat dari 22.895 bayiyang ada, jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif sebanyak 15.354 bayiatau sebesar (67,06%). Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif padatahun 2007 mengalami peningkatan dibandingkan jumlah bayi yangdiberi ASI pada tahun 2006, dari 18.223 bayi yang ada, jumlah bayiyang diberi ASI eksklusif sebanyak 11.002 bayi atau sebesar (60,37%).Namun demikian pencapaian dirasakan masih sangat rendah sekali biladibandingkan dengan target yang diharapkan 80% bayi yang adamendapat ASI eksklusif. Dengan demikian tingkat pencapaian dalamprogram ASI eksklusif ini harus mendapatkan perhatian yang khusus,dan memerlukan pemikiran dalam mencari upaya-upaya terobosanserta tindakan nyata yang harus dilakukan oleh provider di bidangkesehatan dan semua komponen masyarakat dalamrangka penyampaian informasi maupun sosialisasi guna meningkatkanpengetahuan dan kesadaran masyarakat.
Tabel14. Jumlah Bayi yang Diberikan ASI Eksklusif
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007

-     Pelayanan Imunisasi
Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatanbayi serta anak balita perlu dilaksanakan program imunisasi baikprogram rutin maupun program tambahan/suplemen untukpenyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B,dan Campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar lengkapyang terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali, dancampak 1 kali. Untuk menilai kelengkapan status imunisasi dasarlengkap bagi bayi dapat dilihat dari cakupan imunisasi campakkarena imunisasi campak merupakan imunisasi yang terakhir yangdiberikan pada bayi dengan harapan imunisasi sebelumnya sudahdiberikan dengan lengkap.
Cakupan imunisasi campak di Propinsi Sulawesi Barat padatahun 2006 sebesar 82,28% lebih tinggi dibandingkan cakupanimunisasi campak di tahun 2007 di Propinsi Sulawesi Barat sebesar77,74%.
Tabel 15. Cakupan Imunisasi Campak di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2006 dan 2007

Selain imunisasi rutin, program imunisasi juga melaksanakanprogram imunisasi tambahan seperti Bulan Imunisasi Anak Sekolah(BIAS) DT, BIAS Campak yang diberikan pada semua anak usia kelasI Sekolah Dasar dan sederajat, sedangkan BIAS TT diberikan padasemua anak usia kelas II dan III Sekolah Dasar dan sederajat, PekanImunisasi Nasional (PIN), Mopping up dan Outbreaks ResponImmunization (ORI) bila terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakityang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
Evaluasi cakupan imunisasi dasar lengkap dapat juga denganmenggunakan Indikator pencapaian Universal Child Immunization(UCI) desa yaitu desa dengan cakupan imunisasi dasar lengkap bagibayi minimal 80 %. Imunisasi dasar lengkap yaitu bayi mendapatimunisasi BCG: 1 kali, DPT: 3 kali, Polio: 4 kali, Hepatitis B: 3 kalidan imunisasi campak: 1 kali.Dari pencapaian dan pemerataan UCI desa/kelurahan diPropinsi Sulawesi Barat tahun 2007 yang berdasarkan indikatorDPT3, Polio 4 dan campak cakupan desa/kelurahan UCI barumencapai 21,64%. Pencapaian UCI desa terrendah di Kabupaten Polewali Mandar sebesar 12,12% dan tertinggi di Kabupaten Majenesebesar 65,00%.
-       Penanganan Ibu Hamil Risiko Tinggi/Komplikasi
Risiko tinggi pada ibu hamil adalah keadaan ibu hamil yangmengancam kehidupannya maupun janinnya, misalnya umur,paritas, interval, dan tinggi badan. Sedangkan yang dimaksuddengan komplikasi pada proses persalinan adalah keadaan dalamproses persalinan yang mengancam kehidupan ibu maupun janinnya,misalnya perdarahan, preeklamsia, infeksi jalan lahir, letak lintang,partus lama, dll.
Pada tahun 2007 terdapat 27.506 ibu hamil di PropinsiSulawesi Barat. Dari jumlah tersebut, terdapat sebanyak 4.482 ibuhamil risiko tinggi/komplikasi atau sebesar 81,47% dari jumlah ibuhamil yang ada. Jumlah ibu hamil risiko tinggi/komplikasi yangditangani sebesar 4.482 ibu hamil atau sebesar 81,47%.
-       Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi
Yang dimaksud dengan risiko tinggi/komplikasi pada neonataladalah keadaan neonatal yang mengancam kehidupannya, misalnyaAsfeksia, BBLR, Tetanus, Infeksi dan lain-lain. Jumlah neonatal diPropinsi Sulawesi Barat tahun 2007 sebanyak 18.172 neonatal. Darijumlah tersebut terdapat sebanyak 375 neonatal risikotinggi/komplikasi atau sebesar 2,06%. Jumlah neonatal risikotinggi/komplikasi pada tahun 2007 mengalami peningkatandibandingkan jumlah neonatal yang ada di Propinsi Sulawesi Baratpada tahun 2006 yaitu sebesar 0,14%.


Tabel 16. Jumlah dan Persentase Ibu Hamil dan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi Ditangani Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007

E.        Analisis Situasi Ibu dan Anak
-       Penilaian Situasi
Penilaian situasi dilakukan sebagai dasar analisis dan pengembangan program selanjutnya. Penilaian situasi mencakup tiga kegiatan utama, yaitu:
v  Perumusan masalah pada bidang kesehatan sebagai berikut:
o   Jumlah kematian maternal masih tinggi, yaitu 22 (tahun 2006) dan pada tahun 2007 sebanyak 15kematian.
o   Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) masih tinggi sebesar 2.5 % dari seluruh bayi yang dilahirkan
o   Kematian bayi masih tinggi yaitu ditemukan  92 pada tahun 2006 dan 47 kematian pada tahun 2007

-       Penggambaran Besarnya Permasalahan
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut diatas maka dapat ditentukan prioritas masalah situasi ibu dan anak digambarkan dengan matrix sebagai berikut:
Tabel 17. Matriks Prioritas Masalah Situasi Ibu dan Anak
No.
Masalah
Melibatkan Sektor
Urutan Peringkat
1.
Jumlah kematian maternal masih tinggi, yaitu 22 (tahun 2006) dan pada tahun 2007 sebanyak 15 kematian
Kesehatan, pertanian, capil, sosial
1
2.
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) masih tinggi sebesar 2.5 % dari seluruh bayi yang dilahirkan

Kesehatan, Pertanian, Capil, Sosial
1
3.
Kematian bayi masih tinggi yaitu ditemukan  92 pada tahun 2006 dan 47 kematian pada tahun 2007
Kesehatan, Pertanian, Capil, Sosial
1


Dari tabel di atas terilhat bahwa masalah yang paling prioritas ada 3 (tiga) yaitu:
o   Jumlah kematian maternal masih tinggi, yaitu 22 (tahun 2006) dan pada tahun 2007 sebanyak 15 kematian.
o   Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) masih tinggi sebesar 2.5 % dari seluruh bayi yang dilahirkan.
o   Kematian bayi masih tinggi yaitu ditemukan  92 pada tahun 2006 dan 47 kematian pada tahun 2007.

-       Telaahan atau Analisis
Berdasarkan penentuan prioritas masalah kesehatan yaitu masalah masih tinggi kematian ibu, presentase gizi buruk dan kurang yang masih tinggi dan masih tingginya kemtaian bayi. Maka berikut ini hasil analisis kausalitas (sebab-akibat).
1.     Analisis Kausalitas (sebab – akibat)
-       Kematian Ibu

Analisis Kausalitas Kematian Ibu karena pendarahan, terdapat 5 faktor yang berkontribusi langsung (penyebab Langsung) terhadap terjadinya pendarahan yang dapat mengakibatkan kematian. Kelima faktor itu adalah:
1)    Retensio placenta dan atau atonia uteri
Plasenta yang sulit atau terlambat dikeluarkan pada rahim seorang ibu yang baru saja melahirkan (karena lengket dan tak berkontraksi) yang kebanyakan terjadi pada mereka yang 4 T (terlalu muda, terlalu sering melahirkan, terlalu banyak melahirkan dan terlalu tua) Apabila dipaksakan keluar atau dibiarkan, pengeluaran darah atau pendarahan akan terus terjadi, bila tidak segera ditangani maka nyawa ibu sulit untuk dipertahankan karena kehabisan darah.
2)    Stok darah kurang.
Kematian ibu karena pendarahan, ini artinya pendarahan pada ibu maternal (ibu hamil, ibu bersalin dan ibu masa nifas) sering terjadi, dan diantara mereka sangat membutuhkan darah ketika terjadi obortus, saat persalinan maupun masa nifas. Ketiadaan donor, kantong darah dan stok darah dengan golongan darah yang sesuai pada unit pelayanan kesehatan ataupun pada unit tranfusi darah (bank darah) akhirnya nyawa merekapun melayang.
3)    Terlambat mengambil keputusan
Biaya yang kurang, ketidak tahuan tentang faktor resiko pendarahan, keluarga maupun kerabat dan adaanya pengaruh dukun maka ibu maupun suaminya ataupun orang yang berpengaruh tidak dapat berbuat apa-apa ketika seorang ibu yang akan melahirkan sudah mulai menunjukan tanda-tanda kedaruratan (pendarahan) persalinan. Dan ketika terjadi pendarahan semua panik mencari tranportasi, belum sempat didapat tranportasinya, nyawapun melayang.
4)    Terlambat sampai kefasilitas pelayanan kesehatan
Ketiadaan tranportasi, jarak kepelayanan kesehatan yang seharusnya dapat ditempu dengan 25-20 menit akhirnya dapat ditempu dengan 2-3 jam , keluarga ataupun kerabat yang tidak menyiapkan kendaraan ketika seorang ibu akan melahirkan akan lambat tiba di sarana pelayanan kesehatan, ketika tiba seorang ibu sudah kepayahan/kelelahan kehabisan energi, tidak serta merta persalinan dilakukan, kondisi seorang ibu harus diperbaiki terlebih dahulu, namunsebelum pulih ibupun meninggal dunia, dan walaupun kondisi ibu segera pulih, janin sudah tidak bisa diselamatkan, kematian janin dalam rahim dalam kasus seperti ini sering terjadi.




5)     Terlambat mendapat pelayanan.
Ketiadaan paket pelayanan obstetrik neonatus emergensi dasar di puskesmas, alat dan bahan pelayanan kesehatan habis pakai yang kurang, kualitas terutama pengetahuan dan keterampilan petugas yang rendah serta jumlah petugas (bidan) yang kurang. Merupakan penyebab-penyebab tidak langsung dari terlambatnya pelayanan yang diberikan unit pelayanan kesehatan (puskesmas) kepada ibu-ibu maternal yang mengalami kegawatdaruratan obstetrik dan neonatus dasar.

-       Kematian Bayi


Analisis Kausalitas Kematian Bayi yang masih ditemukan tinggi di Kabupaten Polewali Mandar, akar masalah atau penyebab utamanya, ada dua faktor yang saling mempengaruhi, pertama; masih kurangnya partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dan keluarga bidang kesehatan dan faktor kedua; pemerintah masih dianggap kurang dalam mengfungsikan dan memotivasi masyarakat dan keluarga dan upaya peningkatan kesehatan. Terdapat 3 faktor penyebab langsung kematian bayi yang selalu ditemukan tiap tahunnya, ketiga faktor penyebab langsung itu adalah:


1)    BBLR ( Berat Badan Lahir Rendah)
Keadaan status gizi ibu yang kurang sebelum hamil maupun selama hamil, akibat dari ketersediaan pangan di rumah tangga (RT) yang kurang untuk dikonsumsi dan akibat pengetahuan gizi dan kesehatan yang masih sangat kurang dari seorang ibu merupakan factor-faktor utama yang mempengaruhi terjadi Bayi lahir dengan berat badan rendah.
2)    ASFIKSIA
Bayi baru Lahir (BBL) tidak bernapas secara spontan dan teratur (Asfiksia) digategorikan sebagai bayi dengan Asfiksia, sering dapat menyebabkan kematian bayi, terjadi karena beberapa keadaan pada ibu selama hamil atau ketika hendak melahirkan. Keadaan ibu selama hamil diantaranya ibu menderita hipertensi, mengalami post matur sesudah 42 minggu kehamilan, menderita penyakit infeksi misalnya malaria, sifilis, ISPA dan lain-lain. Keadaan ketika hendak melahirkan diantaranya partus lama atau partus macet, demam selama persalinan, pendarahan abnormal dan lain-lain. Keadaan bayi baru lahir juga sangat mempengaruhi terjadinya Asfiksia misalnya baru lahir dengan premature (sebelum 37 minggu kehamilan), persalinan yang sulit, kelainan konginital, termasuk kedaan tali pusat yang tidak normal.

3)    Penyakit infeksi berbasis lingkungan.
Diare, Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) merupakan beberapa penyakit infeksi berbasis lingkungan yang prevalensi kesakitannya masih sangat tinggi, apabila menginfeksi bayi dan bayi uang terinfeksi tidak ditangani dengan baik maka dapat mengakibatkan kematian. Penyebab penyakit infeksi pada bayi ini adalah keadaan sarana air bersih yang masih sangat kurang, membuat hajat disembarnag tempat dan keadaan rumah yang tidak memenuhi syarat.











-       Kekurangan Gizi Balita (Sawangan)

Masalah kekurangan gizi balita (SAWANGAN) yang merupakan dampak dari keadaan kesehatan di Kabupaten Polewali Mandar mempunyai dua faktor penyebab langsungnya yaitu:
1)    Pertumbuhan fisik menurun dan sakit-sakitan (penyakit Ispa, Diare, Cacingan dan lain-lain).
Anak balita telah menderita penyakit infeksi, berarti pada tubuh anak ada mikroorganisme yang mengganggu pertumbuhan fizik. Hal ini disebabkan (penyebab tidak langsung) karena kondisi tempat tinggal yang tidak sehat ditambah dengan kurangnya kesadaran ibu hamil dan menyusui mengkonsumsi makanan yang bergizi, pola makan tidak jelas dan tidak terartur, dan ASI dinggap bukan hal yang utama (ASI tidak dieklusifkan/dinomor duakan), sehingga daya tahan tubuh anak menjadi lemah terhadap serangan mikroorganisme penyebab penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung ini semua berakar pada kurangnya daya dukung kebijakan dari Instansi terkait atau pemerintah setempat dan sosial budaya masyarakat yang belum mendukung upaya-upaya pencehagan dan penanggulangan masalah kurang gizi, bahkan masalah gizi ini oleh masyarakat Polewali Mandar mengistilahkan dengan SAWANGANG yaitu sesuatu hal yang biasa terjadi pada anak-anak ditemukan kasus gizi buruk dan kurang.

2)    Anak kurang nafsu makan atau anak kekurangan makan

Anak kurang nafsu makan disamping disebabkan karena anak sering sakit-sakitan juga karena pola asuh anak yang belum baik guna merangsang selerah makan anak atau dengan kata lain “orang tua belum pandai mengasuh anak”, Penyebab lainnya adalah Dana atau keungan rumah tangga balita tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan makan (gizi) ibu (jika bayi Masih ASI Eksklusif) atau memenuhi kebutuahn makan (gizi) anak. Akar masalahnya adalah sosial budaya masyarakat yang belum mendukung, disamping itu juga karena kurangnya daya dukung kebijakan dari instansi terkait atau pemerintah.

0 komentar :

Posting Komentar