SURAT KECIL BUAT PRESIDEN
karya: Muhammad Jabbar

berumur 2 tahun bapaknya menghilang begitu saja dan tidak ada yang
tahu bapak Yusran kemana sehingga saya yang harus merawat si Yusran mulai dia
kecil hingga menyekolakannya” saya bertanya lagi kepada nenek kenapa si Yusran
nenek harus sekolakan sedangkan biaya sekolah yang begitu mahal apa cukup tidak
nenek membiayai hidup nenek dan Yusran; dan nenek menjawab “iyha pasti kalau
melihat cukup tidak biaya hidup nenek pasti tidak dengan harga beras yang begitu
mahal ditambah harga makanan lainnya yang melambung mahal juga tapi nenek
berfikir kalau saya sekolahin si Yusran semampu saya pasti akan memberikan
impian cerah masa depannya terbuka” dan melihat nenek yang meneteskan air
matanya tanpa henti meratapi hidupnya yang sangat sulit membuat aku juga tidak
tahan menahan air mata ini menetes dan aku berhenti berbincang bersama nenek
sesudah itu.
Hari kedua aku di rumah si Yusran pada hari Jum’at yang lalu dan
hari itu tepat dengan hari libur si Yusran karena dia sekolah di Pondok
Pesantren Aliyah DDI Kanang yang udah duduk di kelas XI, aku mengikuti kembali
kehidupannya dan ketika pagi hari si Yusran yang sangat menyayangi neneknya dia
membantu si nenek untuk ke ladang membabat rumput kebun yang baru-baru diberikan
warga untuk si nenek kelola, dan bermodal sabit dan cangkul saya, Yusran dan si
nenek berangkat bersama ke ladang baru itu; dan cukup menguras tenaga aku juga
untuk sampai ke ladang itu karena harus melewati dua kali perbukitan yang
tinggi dan sesampainya disana aku malu dengan si nenek dan yusran karena aku
harus beristirahat panjang dulu karena kecapean namun si nenek yang udah
umurnya ±60 tahun dia masih sangat kuat untuk langsung kerja tanpa ingat lelah
aku pikir itu adalah perjuangan si nenek demi menyekolakan si Yusran, mulai
pagi sampai sore kami selalu kerja hingga tidak mengingat waktu lagi kalau ini
udah sore.

Udah masuk hari ketiga aku berada di rumah Yusran karena tugas dari
Organisasi saya yaitu Forum Komuikasi Siswa Progresif yang memberikan aku tugas
untuk melihat kehidupan si Yusran dan sekolahnya dan ini adalah tugas yang
menyenangkan buat aku karena dapat melihat kehidupan sebenarnya, di hari ketiga
ini aku punya tugas untuk melihat perjalanan sekolah si Yusran dan berangkat
bersama Yusran untuk kesekolahnya aku bercerita bersama di jalan; aku bertanya
pada Yusran kalau seandainya pendidikan di gratiskan bagaimana pendapatmmu
?,,Tanya si Yusran “kalau emang itu terjadi dan kami rasakan realisasinya kami
pasti sangat gembira khususnya di kalangan kami yang setiap harinya harus makan
nasi dan mangga saja dan kalau pendidikan di gratiskan jangan hanya pendidikan
dasar saja tapi sampai ke sarjanaan laa karena kalau kita pikir masa Negara
tidak bisa membiayai pendidikan dengan SDA bangsa yang sangat melimpah kan nda
logiskan” betul sekali kata si Yusran masa pendidikan tidak dapat di biayai
Negara “satu surat lagi buatmu presidenku” mana uang rakyat..? setelah lama
ngobrol dengan si Yusran di jalan akhirnya sampai juga di sekolah Yusran di
Pondok Pesantren Aliyah DDI Kanang yang satu-satunya sekolah tingkat SMA di
wilayah itu yang dapat dijangkau anak-anak pelosok. Di sekolah aku tertarik
untuk berbincang dengan salah satu guru di sekolah itu, yaa guru itu bernama
Pak. Abu Khaer sekaligus sebagai kepala sekolah MA DDI Kanang, pertanyaan yang
sederhana saja aku berikan kepada bapak pada waktu itu aku cuman bertanya apa
yang menjadi kendala sekolah dalam proses mengajar? Jawaban yang singkat saya
dapatkan yaitu fasilitas yang tidak memadai; dan ini membuat heran aku juga waa
kenapa sekolah harus kurang fasilitas dan kembali melihat kekayaan Indonesia
masa fasilitas sekolah harus tidak memadai , ini satu surat lagi buatmu
Presidenku “pak presiden harus tahu bahwa semua yang menjadikan bangsa maju
adalah pendidikan pak Presiden maka dari itu yang awal bapak lirikkan matanya
adalah pendidikan bapak Presiden” kami siswa yang sadar akan selalu melihat
teman-teman kami yang ingin merasakan bangku sekolah dan kami siswa yang sadar
akan selalu mejadikan prinsip dalam jiwa kami bahwa kami bukan manusia bodoh
namun kami adalah manusia terdidik dan kami siswa yang akan melanjutkan
perjuangan Soekarno yang ingin melihat bangsa ini merdeka seutunya. Itulah
prinsip kami bapak Presiden dan kami akan sumbangkan kepadamu jiwa dan raga ini
kepada bangsa yangtercinta ini, kami ingin melihat kemerdekaan ada di mereka
yang tidak pernah merasakan bangku sekolah.
Surat kami kepadamu Presidenku untuk melihat kami yang tidak pernah
dilirik mata selama ini. Dan ini kisah nyata buatmu Presiden dan masih banyak
kasus pendidikan lainnya yang tak pernah terlirik olehmu khususnya pendidikan
yang ada di pelosok. Ini bukan hanya kerja kami sebagai siswa yang telah sadar
akan kebobrokan pendidikan namun ini adalah tugas dari bapak Presiden, jangan bapak
Presiden memberikan beban pendidikan bobrok ini di pundak kami namun jadikan
pendidikan yang Ilmiah ada di pundak kami, itulah harapan kami kepadamu
Presidenku.
0 komentar :
Posting Komentar